Senin, 06 Juni 2011

Teori Perubahan Perilaku Hidup Sehat


Teori Perubahan Perilaku Hidup Sehat

PENGERTIAN 


 

Text Box:  Perilaku adalah apa yang dilakukan oleh seseorang.
GreenCOM mengemukanan definisi,  “Behavior as a single, observable action performed by an individual”. (Perilaku,secara tunggal, adalah aksi dari seseorang yang  dapat diamati).
Walaupun perilaku tersebut barangkali dilaksanakan menurut kebiasaan (habit), tapi hal itu merupakan sebuah keputusan yang sadar.

Berbicara masalah perilaku, Ajzen dan Fishbein (1980) mengatakan bahwa perilaku mempunyai empat elemen, yakni action, target, context and time.

Elemen action,  sangat mudah dimengerti, karena berkaitan dengan apa yang dikerjakan.

Elemen Target, merujuk kepada perorangan atau kelompok yang dipengaruhi oleh action tersebut. Berkaitan dengan perilaku  penggunaan jamban saniter, adalah berkaitan dengan siapa yang melakukan perilaku tersebut: laki-laki dewasa saja dan perempuan dewasa saja,   atau orang-orang di kampung A saja dan seterusnya, serta siapa yang terkena akibat perilaku yang tidak sehat itu.

Elemen context, merujuk kepada bagaimana action tersebut dilakukan. Misalnya: buang air besar di kebun dan membersihkannya pakai kayu; atau buang air besar di kebun dan bilasnya dirumah; atau buang air besar disungai tanpa cuci tangan dengan sabun dan sebagainya.

Elemen Time, merujuk kepada kapan action tersebut dilakukan. Misalnya: masyarakat urban biasa buang air di kanal pada malam hari; atau ada kebiasaan buang air besar  pakai kantong plastik pada pagi buta dan dilembar ke kebun dan sebagainya.

Perumusan dengan jelas tentang 4 elemen perilaku tersebut akan sangat membantu dalam men-spesifikasikan perilaku yang akan dirubah.
Apa yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat berperilaku tertentu? Atau lebih tegasnya, mengapa seseorang berperilaku buang air besar  di kebun?

Banyak teori perilaku yang membahas hal ini, namun dalam makalah ini hanya ingin dikemukakan beberapa diantaranya, secara garis besarnya saja sebagai bahan pengambilan keputusan di lapangan bagi para pelaksana promosi.

 

BEBERPAPA TEORI PERUBAHAN PERILAKU  

 

LEARNING THEORY
(TEORI PEMBELAJARAN)  

 

Text Box:  Theori ini menekankan bahwa dalam mempelajari sesuatu yang baru, pola perilaku yang sangat kompleks biasanya menghendaki adanya perubahan dari banyak perilaku-perilaku kecil yang menyusun keseluruhan perilaku yang kompleks tersebut.  

Perilaku-perilaku yang mengarah kepada perilaku tujuan utama membutuhkan penguatan dan penegakan dengan pemberian penghargaan-penghargaan pada pencapaian-pencapaian dari setiap bagian bila diperlukan. Peningkatan secara bertahap, kemudian dibutuhkan dalam rangka menuju bentuk perilaku yang diinginkan.

Berikutnya, tantangan akan dihadapi bila proses perubahan kearah perilaku yang baru itu dihadapkan atau dikompetisikan dengan perilaku-perilaku lama yang lebih dilakukan, sudah memberikan kepuasan, dan perilaku-perilaku yang sudah menjadi kebiasaan atau adanya pengaruh lingkungan. Inilah permasalahan yang sering kita jumpai dalam mempromosikan pemakaian jamban kepada masyarakat. Dalam masyarakat telah mengkristal perilaku lama yang sangat mudah dikerjakan, praktis, tak memerlukan biaya dan sudah dilakukan bertahun-tahun, yakni buang air besar di sebarang tempat. Walapupun perilaku tersebut kotor dan jorok, mereka telah terbiasa dengan keadaan itu dan sama sekali tak merasa terganggu. Tidak ada pula control social  yang melarang perilaku tersebut, karena semua anggota masyarakat, termasuk para tokoh masyarakatnya pun melakukan hal yang sama.

Upaya penguatan, menggambarkan konsekwensi-konsekwensi yang memotivasi individu-individu untuk mau atau menolak untuk merubah perilakunya. Sebagian besar perilaku dipelajari dan dipelihara/dipertahankan dibawah skedul penguatan dan antisipasi future reward yang kompleks. Future rewards atau insentives bisa berupa  konsekwensi-konsekwensi fisik (seperti menjadi lebih bersih & sehat), extrinsic rewards (seperti  penerimaan hadiah/penghargaan), dan intrinsic rewards.  

Penting untuk dicatat bahwa walaupun pemberian penghargaan dari luar dapat merubah perilaku, tetapi tidak menjamin terjadinya perubahan perilaku yang lestari dan dalam jangka panjang.






 

Health Belief Model
(Model Kepercayaan terhadap Kesehatan)
 

Text Box:  Model ini menunjukkan bahwa perilaku seseorang yang berkaitan dengan kesehatan tergantung kepada persepsi seseorang itu terhadap empat area kritis, yaitu:
1.    Keganasan penyakit tersebut,
2.    Kerentanan seseorang terhadap penyakit itu,
3.    Keuntungan yang dirasakan bila melakukan perilaku yang baru dan
4.    Hambatan-hambatan yang mungkin ditemui bila melakukan perilaku baru itu. 
Seseorang akan lebih mudah mengikuti anjuran untuk hidup sehat apabila:
·         Dia pernah merasakan atau paling kurang melihat keganasan penyakit yang akan menyerangnya, bila ia tak mau merubah perilakunya.
·         Dia merasakan bahwa dia rentan terhadap penyakit tersebut. Contoh, karena yang bersangkutan selamanya tak pernah merasakan sakit diare walaupun selalu minum air mentah, maka amat sulit menganjurkannya untuk minum air air masak.
·         Menganjurkan seseorang yang sedang menderita sesuatu penyakit adalah lebih mudah dari pada yang sedang sehat, karena akan merasakan manfaatnya bila ia mau mengikuti anjuran kita.
·         Akhirnya, seseorang akan mau merubah perilakunya apabila dia tahu bahwa dengan sumberdaya yang ada padanya dia mampu melakukan perilaku baru tersebut. Misalnya, setelah tahu benar manfaat jamban bagi kesehatan diri dan keluarganya, dia mempunyai uang yang cukup untuk membangun jamban seperti yang diinginkan atau tidak sulit mendapatkan material tersebut didesanya.  
 

Trans Theoritical Model
(TTM) 

 

Text Box:  Dalam model ini, perubahan perilaku sudah dikonsepkan kedalam lima tahapan proses atau continuum yang berkaitan dengan kesiapan seseorang untuk berubah, yaitu: 

1.    Pre-contemplation,

2.    Contemplation,

3.    Preparation,

4.    Action, and

5.    Maintenance

Menurut TTM, individu bergerak maju melalui 5 tahap tersebut diatas dalam perjalanan  mereka menuju sebuah perubahan yang bermanfaat dan lestari.
1)  Pre-contemplation – belum siap untuk melakukan perilaku sehat 

Pada tahap ini, orang belum ingin untuk memulai perilaku sehat dalam waktu dekat (kira-kira dalam 6 bulan). Mereka mungkin belum menyadari kebutuhan untuk berubah.

Strategi yang diperlukan bagi individu dalam tahapan ini antara lain: 
o    Belajar lebih banyak mengenai perilaku hidup sehat,
o    Berpikir tentang pro/menerima terhadap perubahan perilaku mereka 
o    Merasakan emosi-emosi tentang perilaku yang negative atau perilaku sehat dari orang lain. 
2)  Contemplation (perenungan) – mencapai kesiapan untuk melakukan perilaku sehat 

Pada tahap ini, seseorang/individu sedang berpikir tentang memulai berperilaku sehat kira-kira dalam 6 bulan kedepan. Tetapi, mereka barangkali masih berada bagian sisi bawah dari perubahan itu.

Strategi yang diperlukan bagi individu dalam tahapan ini antara lain: 
o    Membayangkan manfaatnya atau kenikmatannya  menjadi seseorang jika mereka sudah merubah perilaku mereka. 
o    Belajar lebih banyak dari orang yang berperilaku sehat 
o    Bekerja dalam mengurangi kontra terhadap perubahan perilaku mereka .
3)  Preparation (persiapan) – siap untuk melakukan perilaku sehat 

Pada tahap ini, seseorang/individu telah siap untuk memulai berperilaku sehat dalam kira-kira 30 hari kedepan. Mereka mengambil langkah-langkah yang diyakini dapat menolong mereka untuk membuat mereka berperilaku sehat sebagai bagian dari kehidupan mereka. Contohnya, mereka mengatakan kepada teman-teman dan keluarganya bahwa mereka mau berubah.

Strategi yang dibutuhkan bagi individu dalam tahapan ini antara lain: 
o    Mencari dukungan dari teman-teman atau guru yang mereka percayai 
o    Mengatakan kepada orang lain tentang rencananya untuk merubah cara dia berperilaku 
o    Berpikir tentang bagaimana mereka akan rasakan jika mereka melakukan perilaku yang baru. 
4)  Action – mengerjakan perilaku sehat 

Pada tahap ini, orang mulai melakukan perilaku sehat, tapi mereka telah melakukannya kurang dari 6 bulan. Ini jelas nampak pada si pelajar   dan mereka yang disekitarnya bahwa mereka sedang bergerak maju. Pelajar-pelajar itu sedang menegakkan komitmen untuk berubah.

Strategi yang diperlukan antara lain: 
o    Men-substitusi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perilaku yang tidak sehat dengan yang positif 
o    Menghargai dirinya sendiri untuk mengambil langkah kedepan dalam perubahan 
o    Menghindari orang dan situasi yang menggoda mereka untuk mengerjakan perilaku yang tidak sehat. 
5)  Maintenance – memelihara perilaku sehat 

Pada tahap ini, seseorang telah (selalu) memelihara perilaku sehat untuk lebih dari 6 bulan. Hal ini penting untuk si pelajar , pada tahapan ini, untuk sadar terhadap situasi-situasi yang mungkin menggoda mereka untuk tergelincir kembali kedalam perilaku tidak sehat.   

Strategi yang diperlukan antara lain: 
o    Mencari dukungan dari dan berbicara dengan orang lain yang mereka percayai. 
o    Meluangkan waktu dengan orang-orang yang melakukan perilaku sehat. 
o    Mengingat untuk melibatkan dalam kegiatan-kegiatan alternative dari pada dengan perilaku yang tidak sehat. 

Seseorang/individu bergerak maju melalui tahap-tahap tersebut dengan sangat bervariasi, maju-mundur sepanjang continuum, dengan membutuhkan waktu yang bervariasi pula sebelum mencapai tujuan dari tahap maintenance.  Lebih baik bila digambarkan sebagai spiral atau sirkel dari pada linier.   Efisiensi seseorang untuk berubah tergantung kepada   doing the right thing (processes) at the right time (stages).

Menurut teori ini, intervensi yang specific pada tahap kesiapan seseorang untuk berubah adalah essential. Sebagai contoh, untuk seseorang yang belum pada tahap kontemplasi untuk menjadi lebih aktif, pemberian semangat melalui tahap per tahap sepanjang continuum mungkin lebih efektif dari pada menyuruh mereka untuk bergerak langsung untuk ber-aksi. 



4
 
Social Learning/
Social Cognitive Theory

 

Text Box:  Social learning theory, yang kemudian dinamakan Social Cognitive theory, mengusulkan bahwa perubahan perilaku dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan, factor-faktor personal dan atribut dari perilaku itu sendiri. Masing-masing bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh lainnya atau dari dua diantaranya.
Inti ajaran dari social cognitive theory ini adalah Concept of Self Efficacy (konsep kemanjuran diri). Seseorang harus yakin dalam dirinya sendiri akan kemampuannya untuk melakukan perilakunya ( yaitu seseorang harus memiliki self efficacy) dan harus merasakan suatu insentif dalam mengerjakan itu (yaitu ekspektasi-ekspektasi positif seseorang pada saat melakukan perilaku itu, dan harus mempertimbangkan pula ekspektasi-ekspektasi negatifnya).  
Sebagai tambahan, seseorang harus menghargai hasil-hasil akhir (outcomes) atau konsekuensi-konsekuensinya, yang dia yakini akan terjadi sebagai hasil dari melakukan sebuah perilaku atau action tertentu/spesisifik. Hasil-hasil akhir dimaksud barangkali bisa diklasifikasikan sebagai keuntungan jangka pendek/ immediate benefits( seperti rasa semangat mengikuti kegiatan fisik/olah raga, misalnya) atau keuntungan jangka panjang (seperti mengalami peningkatan kesehatan jantung sebagai hasil dari kegiatan fisik). Self-efficacy diyakini sangat penting dalam menentukan perubahan perilaku seseorang, karena ekspektasi jangka panjang dari seseorang akan disaring melalui ekspektasi-ekspekatasi atau persepsi-persepsi akan kemampuannya melakukan perilaku tersebut. 
Self efficacy bisa ditingkatkan melalui berbagai cara, yaitu dengan memberikan (1) instruksi yang jelas, (2) kesempatan untuk pengembangan kemampuan atau pelatihan, dan (3) pemberian model tentang perilaku yang diinginkan.
Untuk bisa menjadi efektif, model harus bisa menimbulkan kepercayaan (trust), kekaguman (admiration) dan rasa hormat (respect) dari si observer . Tetapi, si model tidak harus, muncul untuk mewakili suatu tingkat perilaku yang tidak mampu diwujudkan oleh si pengamat.

 

Ecological Approaches
(Pendekatan Ekologi)
 


Text Box:  Satu kritik terhadap sebagian besar teori dan model perubahan perilaku adalah bahwa teori-teori tersebut menekankan kepada proses perubahan perilaku individual dan sedikit memberikan perhatian kepada pengaruh sosio-kultural dan lingkungan fisik terhadap perilaku. Belakangan ini, interest telah dikembangkan dalam pendekatan ekologi guna meningkatkan partisipasi didalam kegiatan fisik.
Konsep sebuah lingkungan dalam promosi kesehatan telah didemonstrasikan dengan menggambarkan bagaimana kegiatan fisik dapat di promosikan melalui mewujudkan dukungan-dukungan lingkungan, seperti bersepeda santai, jalan santai ditaman, dan penghargaan-penghargaan untuk memberikan semangat kepada kebiasaan berjalan atau bersepeda ketempat kerja. 
Sebuah tema dasar dari perspektif ekologi adalah bahwa sebagian besar intervensi yang efektif terjadi pada multiple levels (tingkatan-tingakatan ganda). Sebuah model telah diusulkan bahwa meliputi beberapa tingkatan pengaruh terhadap perilaku sehat, yaitu faktor intrapersonal, faktor interpersonal dan kelompok, faktor institutional, faktor masyarakat dan kebijakan publik. Dengan cara yang sama, model lain mempunyai tiga tingkatan (individual, organizational, dan governmental) didalam 4 setting (sekolah, tempat kerja, institusi pelayanan kesehatan dan masyarakat). Intervensi-intervensi yang secara bersamaan mempengaruhi multiple levels dan multiple settings itu bisa diharapkan mengarahkan kepada perubahan-perubahan yang lebih besar dan lestari dan pemeliharaan promosi kebiasaan hidup sehat. Ini adalah sebuah area yang dijanjikan untuk mendesign riset intervensi kedepan untuk mempromosikan kegiatan-kegiatan fisik.
 

The Precede-Proceed Framework
(L. Green)
 


Text Box:  Lawrence Green mengemukakan bahwa ada 3 faktor utama yang berpengaruh terhadap terjadinya perilaku, yaitu :
1)    Predisposing factors, yaitu faktor-faktor yang memberi kecenderungan seseorang untuk berperilaku, yang mencakup pengetahuan, sikap , keyakinan dan nilai. 
2)    Enabling factors atau faktor pemungkin, yaitu faktor-faktor lingkungan dan masyarakat dari seseorang/individu yang memungkinkan atau yang hadir sebagai hambatan dalam perubahan. 
3)    Reinforcing factors atau faktor pendorong, yaitu pengaruh-pengaruh positif atau negatif dari penerimaan (adopsi) perilaku (termasuk dukungan sosial) yang mempengaruhi keberlanjutan perilaku tersebut. 

Teori ini sering dipakai sebagai pendekatan dalam penyusunan perencanaan, yang dekenal sebagai The Precede-Proceed Framework. (Lihat lampiran).

Menurut teori L.Green, seseorang akan merubah perilakunya bila ia paham akan manfaat perubahan itu bagi kesehatan diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya; dia punya keyakinan akan manfaat itu dan mampu mencapainya; serta sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang selam ini dianutnya.  Yang bersangkutan juga akan bersedia merubah perilakunya apabila tak ada hambatan dari lingkungannya. Misalnya, anjuran kepada PSK untuk memakai kondom, dimana semua pelanggannya menolak memakai kondom, sementara di sangat membutuhkan uang untuk hidup sehari-harinya, adalah sangat tidak relevan.  Akhirnya, biasanya seseorang mau merubah perilakunya bila orang-orang disekitarnya,   mendukung perubahan itu.     
 


Kelman

 

Text Box:
Berkaitan dengan mengapa seseorang mau merubah perilakunya, Kelman mengemukakan  bahwa seseorang mau merubah perilakunya karena alasan-alasan sebagai berikut :

1)    Dipaksa (Coersive), karena instruksi , dipaksa atau ancaman.
2)    Terpaksa (compliance), menuruti anjuran orang lain karena ingin mendapatkan imbalan, baik berupa materi maupun non materi.
3)    Karena ingin meniru atau ingin dipersamakan (identification) dengan seseorang yang ia kagumi.
4)    Karena menyadari manfaatnya (internalization)

Patut menjadi catatan bahwa perubahan yang paling lestari adalah apabila seseroang menyadari benar akan manfaat perubahan perilakunya.

 

KESIMPULAN


 

Text Box:  Beberapa hal yang hampir sama dapat dicatat diantara teori-teori perilaku dan ilmu sosial dan model-model yang digunakan untuk memahami dan meningkatkan perilaku hidup sehat.
Banyak pendekatan teoritikal yang menyorot peran dari hasil akhir perilaku yang dirasakan, walaupun istilah-istilah berbeda digunakan untuk mengkonstruksikan, termasuk manfaat yang dirasakan dan halangan-halangannya (Health belief model) dan hasil akhir yang diharapkan (social cognitive theory and theory of planned behavior).
Beberapa pendekatan juga menekankan pengaruh dari persepsi dari control /pengendalian terhadap perilaku, pengaruh ini diberikan label sebagai semacam self-efficacy (health belief model, social cognitive theory) dan perceived behavioral control (theory of planned behavior).
Teori-teori dan model-model lain menggambarkan peran pengaruh-pengaruh sosial, sebagaimana dalam konsep-konsep observational learning (social cognitive theory), perceived norm (theory of reasoned action and theory of planned behavior), social support, dan interpersonal influences (ecological perspective).

1 komentar:

  1. Satu lagi pelajaran penting yang dapat kami dapatkan di luar jadwal perkuliahan..
    trimakasih untuk labkom FKM UVRI
    kami menunggu postingan terbaru yang dapat kami unduh unntuk dijadikan sebagai pelajaran tambahan..

    kalu bisa seh kami dapat mendownload aplikasi SPSS di blog ini.. :D

    thanks Labkom..

    BalasHapus